Kamis, 05 Januari 2012

Di sini Pijakan Kakiku


Langit merah memotret gemuruh hitam

rengekan bayi terkapar

merangkak sumsum tulang dalam ketakberdayaan

memekik lemah rintihan menyayat


Dunia kiamat menyusul akhirat

meski nafas masih tersendat

darah mendidih, berdesir melumat sel saraf.

Debu pasir bergulir menorehkan saksi bisu

kengerian derita kehidupan

anak mengerang lapar, sang Bunda tercabik perasaan gemetar.

Hidup bagai seorang tawanan

“Ini tanahku!”

Mengkerik timbunan suara berderai air mata

“Ini bangsaku!”

Berkoar keprihatinan merajam keganasan.

Tiada jawaban selain ancaman

gertakan, dan sayatan sentaja tajam


Desau angin menerjang geram, meski terasa nyaman

cahaya pagi bak peluruh senapan, walau seperti bagai kawan.

Kepedihan hidup tak mengenal kedamaian

hati remuk tergerus kebengisan


Hidup laksana anak terlantar

terjatuh, merengek menangisi rasa lapar

Desisan doa meluncur memelas

air perih memeras mata berdarah nanah

mulut berucap hati tersayat


Sungguh derita memukul siksa,

derita menerjang tak kuasa

Mati tanpa rasa, nyawa tercabut penuh paksa.

Dalam rumah sendiri bagai di neraka

Cambukan Malaikat telah terasa meski kubur jauh menyiksa.

Menjadi saksi tanpa mata tanah negeri peninggalan Musa.




Oleh : Irfan Fauzi Pemulung Ilmu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar