Jumat, 27 Agustus 2010

Detik Waktu (Puisi)

Detik waktu berlalu

Perlahan mulai mengendapi kalbu

Melerai temu hadirkan rindu

Semakin sulit ku tumpas senyuman itu


Adakah aku mulai meradang?

Dihempas malam tak berbintang

Mencuri bingar hadirkan gusar

Sejenak ingin ku bagi kelakar


Wahai Tuhan Pemilik semesta

Sungguh ku rindu air mata hujan

Membasuh penuh jiwaku yang layu

Hadirkan sejuk telaga kalbu

Temani hariku lewati api rindu





Oleh : Sang Penyair

Top of Form

Bottom of Form

Kamis, 26 Agustus 2010

Tunggu Aku (Puisi)

Seperti senja merona jingga

Mengubur siang gontai menghilang

Hadirkan sayu langit sore

Menanti gelap turun mendekap


Seiring semesta mengharu biru

Tersenyum ceria lepaskan rindu

Bersua rembulan nikmati ketukan watu


Tunggulah aku kembali bersimpuh

Dalam bentang sajadah lusuh

Teriring do'a kembali di sana

Di pangkuan bunda dan adikku yang manja




Oleh : Sang Penyair

Top of Form

Bottom o

Rabu, 25 Agustus 2010

Menuju Mimpi (Puisi)

Malam berselimut gelap

Merayu mata lekas terlelap

Dibuai dinginnya angin kian menyergap

Tak beri waktu sejenak ku harap

Menanti bintang jatuh di antara sunyi merayap


Sungguh ku rindu dekapan alam

Maha karya Tuhanku Sang Pencipta semesta

Memeluk hangat mentari pagi

Mencumbu nafas bunga melati

Terhampar indah untuk kunikmati

Membelai sukma damaikan hati


Tuhan, bawa jiwaku menuju mimpi

Tanggalkan lelah enyahkan gelisah

Taburi senyuman enyahkan kesendirian




Oleh : Sang Penyair
Top of Form

Bottom of Form

Minggu, 22 Agustus 2010

Spesial Puisi Karya : Siti Irma Khaerunnisa

Rencana Tuhan
Kamu tahu apa yang sedang direncanakan tuhanmu ?

Kamu tahu di mana tuhan mu akan memberi bencana ?

Mungkin saja, di tanah yang kau injak injak ini,

Tempat kau dilahirkan

Tempat kau bermain,

Dan bahkan tempat kau bermaksiat,

Ribuan orang menjerit histeris,

Air mata bercucran di mana-mana,

Ketika tuhan mengguncangkan tanah penuh dosa ini,

Apa yang kau siapkan

Tuhan mu tak butuh kekayaan mu

Tuhan mu tak butuh jabatan mu

Dan, tuhan mu tak butuh air mata mu,

Tapi Dia butuh amalmu,

Tapi apa ?

Engkau tak pernah sanggup sujud bahkan bersyukur.

Minggu, 08 Agustus 2010

Spesial Puisi Karya : Siti Irma Khaerunnisa

Ibu

Ku pandangi mawar,

Serasa ku memandang ibu,

Ku ciumi wanginya,

Serasa ku mencium ibu,

Ibu…

Tak pernahkah lelah kau menjaga ku,

Aku menangis,

Engkau tetap tersenyum,

Aku marah,

Engkau tetap tersenyum,

Kadang-kadang aku kasar pada mu,

Tapi ibu selalu tersenyum,

Sampai akhirnya…

Kepakan sayap izroil datang menjemput ibu,

Ibu tetap tersenyum,

Pesan ibu…

Ibu bangga memiliki anak sepertimu nak,

Karena tangisanmu melatih kesabaran ibu,

Karena amarah mu, mengintropeksi diri ibu,

Sejauh mana ibu sabar menghadapi mu nak.

Selalu obati diri mu dengan senyum.

Ibu akan selalu di hati mu.

Spesial Puisi Karya : Siti Irma Khaerunnisa

Lupa Bersyukur


Aku jatuh, terperanjat dalam jurang kenistaan dunia,
Harta benda hilang dirampas kenikmatan hati,

Yang tersisa hanya harga diri,

Ku masuki lemari hingga ku kunci,

Agar diri ini tetap dilindungi,
Hanya satu penolong abadiku,

Tuhanku yang tak pernah tidur.
Ku bernaung dalam lafadz Laailahaillallah,
Tiada tuhan selain Allah, Dia maha lembut,

Tidak seperti hambanya yang maha kasar,

Merampas dan merauk semua harta Allah tanpa ingat yang do’if.
Pantas saja dunia dilanda bencana,

Mereka lupa bersyukur, mungkin tak ada waktu…
Hei….ahlul narrr….
Memangnya siapa tuhanmu ?
Uang , Jabatan, Kekuasaan ?
Bodohnya engkau, membanggakan yang bukan maha hidup,
kuburan sebesar apa yang kau buat untuk menguburmu beserta harta yang kau tuhan-tuhankan ?
Hei bung…!!!
Mau setinggi langit pun hartamu itu tiadak bisa membeli surga.
Dasar, bodohnya kau…

Kau lihat di ujung sana…

Di pelosok, di pinggir-pinggir jalan dan sungai,

Manusia do’if mengangkat tangan

Meminta minta belas kasih pada khalifah muka bumi

Sadarkah kau wahai manusia berdasi…

Sudikah kau memberi sepeser logam berharga ?

Tak cukupkah rintihan mereka membuka hatimu ?
Tundukanlah kepalmu,

Sujudlah pada tuhanmu,

Dan bersyukurlah,

Dengan harta benda yang kau dapat

Sabtu, 07 Agustus 2010

Gubuk Surga

Derai hujan rintik perlahan

Bawa jauh deru bisik jalanan
Kembali pulang di pangkuan
Di selimut gubuk kosong tak bertuan

Sudut kota sejenak engkau lupa
Sajikan aroma nikmat dapur jelata
Meski hanya setuang rasa
Cukuplah lapar terdiam reda

Hapus lelahmu dalam kata
Berucap syukur hanya pada-Nya
Atas keringat dan air mata
Semoga surga adalah balasan-Nya



Oleh : Penyair Cinta

Jumat, 06 Agustus 2010

Badai Rindu

Siluet senja menghilang tak bersisa
Ditelan malam tiada berita
Mengusir sore lengkapi cerita
Adakah sunyi kini kudapati...?


Sederet bintang menatap malu
Sembunyi diam awan kelabu
Tak kuasa beri langit biru
Adakah sendu kini kuratapi...?


Biarkan sajak melukis angin
Membelai nafas sesak jantungku
Sejenak saja tanpa hadirmu
Selaksa badai berlabuh rindu
Adakah sendiri kini kunikmati...?



Oleh : Penyair Cinta

Rabu, 04 Agustus 2010

Mengejar Mimpi

Tirai takdir usang terbuka
Seiring hasrat menekuk dunia
Meski kepal tak surut terluka
Genggam harap mengayuh semesta

Takbir suci berkumandanglah
Seindah rembulan menepuk lelah

Bawa jiwaku sejenak mimpi
Menembus gelap tak bertepi
Sampai esok kembali ku berlari
Mencumbu pagi menantang mentari



Oleh : Penyair Cinta

Minggu, 01 Agustus 2010

Biografi Tokoh Sastra Indonesia (Arswendo Atmowiloto)

Arswendo Atmowiloto mempunyai nama asli Sarwendo. Nama itu diubahnya menjadi Arswendo karena dianggapnya kurang komersial dan ngepop. Lalu di belakang namanya itu ditambahkan nama ayahnya, Atmowiloto, sehingga namanya menjadi apa yang dikenal luas sekarang. Lahir tanggal 26 November 1948 di Solo, Jawa Tengah.

Arswendo Atmowiloto menganut agama Kristen dan menikah dengan wanita yang seiman dengannya Agnes Sri Hartini pada tahun 1971. Dari pernikahannya itu, mereka memperoleh tiga orang putra, yaitu Albertus Wibisono, Pramudha Wardhana, dan Cicilia Tiara.
Setelah lulus sekolah menengah atas, beliau masuk ke Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra, IKIP Solo, tetapi tidak tamat. Aswendo semula bercita-cita menjadi dokter, tetapi itu tidak tercapai. Beliau pernah mengikuti program penulisan kreatif di Lowa University, Amerika Serikat. Setelah keluar dari Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra, beliau bekerja di pabrik bihun dan kemudian di pabrik susu. Beliau juga pernah bekerja sebagai penjaga sepeda dan sebagai pemungut bola di lapangan tenis.

Beliau mulai merintis karirnya sebagai sastrawan sejak tahun 1971. Cerpen pertamanya muncul berjudul “Sleko”, yang dimuat dalam majalah Mingguan Bahari. Di samping sebagai penulis, beliau juga aktif sebagai pemimpin di Bengkel Sastra Pusat Kesenian Jawa Tengah, Solo (1972).
Setelah itu beliau bekerja sebagai konsultan penerbitan Subentra Citra Media (1974—1990), sebagai pemimpin redaksi dalam majalah remaja Hai, sebagai pemimpin redaksi/ penangung jawab majalah Monitor (1986) dan pengarah redaksi majalah Senang (1998).

Aswendo Atmowiloto adalah pengarang serba bisa yang sebagian besar karyanya berupa novel. Isi ceritannya bernada humoris, fantatis, spekulatif, dan suka bersensasi. Karyannya banyak dimuat dalam berbagai media massa, antara lain Kompas, Sinar Harapan, Aktual, dan Horison. Karangannya, antara lain diterbitkan oleh penerbit Gramedia, Pustaka Utama Grafiti, Ikapi, dan PT Temprint.

Aswendo Atmowiloto banyak menerima beberapa penghargaan, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Penghargaan itu, antara lain Hadiah Zakse (1972) untuk karya esainya yang berjudul “Buyung Hok dalam Kreativitas Kompromi”. Dramanya yang berjudul “Penantang Tuhan” dan “Bayiku yang Pertama” memperoleh Hadiah Harapan. Hadiah Perangsang Minat Menulis dalam Sayembara Penulisan Naskah Sandiwara DKJ tahun 1972 dan tahun 1973.

Tahun 1975 beliau memperoleh Hadiah Harapan dalam sayembara serupa untuk drama “Sang Pangeran” dan “Sang Penasehat”. Dua bukunya Dua Ibu dan Mandoblang-Buku Anak-Anak terpilih sebagai buku nasional terbaik. Juga penghargaan ASEAN Award di Bangkok. Puluhan karyanya telah dibukukan, sebagian diangkat ke layar televisi dan film.
Ketika menjabat sebagai pemimpin redaksi tabloid Monitor, ia ditahan dan dipenjara karena satu jajak pendapat. Ketika itu, Tabloid Monitor memuat hasil jajak pendapat tentang siapa yang menjadi tokoh pembaca. Arswendo terpilih menjadi tokoh nomor 10, satu tingkat di atas Nabi Muhammad SAW (Nabi umat Muslim) yang terpilih menjadi tokoh nomor 11. Sebagian masyarakat Muslim marah dan terjadi keresahan di tengah masyarakat. Arswendo kemudian diproses secara hukum sampai divonis hukuman 5 tahun penjara. Karena tulisannya dianggap subversi dan melanggar Pasal 156 A KUHP dan Pasal 157 KUHP. Setelah itu, beliau menyatakan penyesalannya dan meminta maaf kepada masyarakat melalui media TVRI dan beberapa surat kabar ibu kota.

Ketika beliau berada di dalam tahanan, ia pun menulis cerita bernada absurditas, humoris (anekdot), dan santai. Cerita tersebut bertemakan tentang kehidupan orang-orang tahanan beserta masyarakat umum di ibu kota yang mengalami keputusasaan menghadapi suatu yang sulit. Aswendo pernah mendapat kecaman dan dianggap sebagai pengkhianat karena pendapatnya yang dianggapnya keliru oleh para pengamat sastra. Aswendo berpendapat bahwa “Sastra Jawa telah mati”. Dan beliau sangat menghargai penulis komik, khususnya komik wayang dan silat yang dianggap banyak berjasa dalam pendidikan anak.

Karya-karya Aswendo, antara lain berupa naskah drama, cerpen, novel, dan puisi. Berikut adalah karya-karyanya:

1. Sleko (1971)
2. Ito (1973)
3. Lawan Jadi Kawan (1973)
4. Bayiku yang Pertama: Sandiwara Komedi dalam 3 Babak (1974)
5. Sang Pangeran (1975)
6. Sang Pemahat (1976)
7. Bayang-Bayang Baur (1976)
8. 2 x Cinta (1976)
9. The Circus (1977)
10. Semesta Merapi Merbabu (1977)
11. Surat dengan Sampul Putih (1979)
12. Saat-saat Kau Berbaring di Dadaku (1980)
13. Dua Ibu (1981)
14. Saat-Saat (1981)
15. Pelajaran Pertama Calon Ayah (1981)
16. Serangan Fajar: diangkat dari film yang memenangkan 6 piala Citra pada Festival Film Indonesia (1982)
17. Airlangga (1985)
18. Anak Ratapan Insan (1985)
19. Pacar Ketinggalan Kereta (skenario dari novel "Kawinnya Juminten" (1985)
20. Pengkhianatan G30S/PKI (1986)
21. Dukun Tanpa Kemenyan (1986)
22. Akar Asap Neraka (1986)
23. Garem Koki (1986)
24. Canting: sebuah roman keluarga (1986)
25. Indonesia from the Air (1986)
26. Telaah tentang Televisi (1986)
27. Lukisan Setangkai Mawar: 17 cerita pendek pengarang Aksara (1986)
28. Tembang Tanah Air (1989)
29. Menghitung Hari (1993)
30. Oskep (1994)
31. Abal-abal (1994)
32. Berserah itu Indah: kesaksian pribadi (1994)
33. Auk (1994)
34. Projo & Brojo (1994)
35. Sebutir Mangga di Halaman Gereja: Paduan Puisi (1994)
36. Khotbah di Penjara (1994)
37. Sudesi: Sukses dengan Satu Istri (1994)
38. Suksma Sejati (1994)
39. Surkumur, Mudukur dan Plekenyun (1995)
40. Kisah Para Ratib (1996)
41. Darah Nelayan (2001)
42. Dewa Mabuk (2001)
43. Kadir (2001)
44. Keluarga Bahagia (2001)
45. Keluarga Cemara 1
46. Keluarga Cemara 2 (2001)
47. Keluarga Cemara 3 (2001)
48. Pesta Jangkrik (2001)
49. Senja yang Paling Tidak Menarik (2001)
50. Dusun Tantangan (2002)
51. Mencari Ayah Ibu (2002)
52. Mengapa Bibi Tak ke Dokter? (2002)
53. Senopati Pamungkas (1986/2003)
54. Fotobiografi Djoenaedi Joesoef: Senyum, Sederhana, Sukses (2005)