Selasa, 12 Juli 2011

Manjaniq Bayazid

Betapa jauh rumahmu

Hatiku lara

Ditinggal terlalu lama

Jangan kau rintangi cahaya bulan

Biar jatuh menemaniku di atas tumpukan jerami

Aku sedang memintal batu

Menyusun api

Buat kau bawa menepati janji pada agamamu

Satu per satu manjaniq terlempar

dengan hembusan kencang

Berkobarlah dada paus!

Merahlah para raja!

Hungaria, Polandia, Naples,

Transylvania, Serbia, Venice, Genoa,

Hanguslah diserang manjaniq Bayazid!

Salib-salib itu runtuh diiringi deras darah

Nicopolis mencari bumbungan asap

Berlabuh menjadi terik panas di dermaga perang Varna

Ternyata rumahmu dekat

Bayazid, berikan manjaniq itu padaku

***Bayazid bin Murad,

Khalifah ke IV pemerintahan Utsmaniyah***



Oleh : Farah Pramudita

Senin, 11 Juli 2011

Jihad atau Dendam

Bapakku sudah kau berondong peluru di tengah malam

Menjadikan bisu adikku

Membutakan kedua mata ibuku

Kakakku sudah kau hujam pecahan botol bir

di ruku tahajudnya

Apalagi yang kau mau, tuan-tuan Barat

Dadaku sudah membusung kenapa tidak kau pasung?

Aku sudah letakkan pedang

Darahmu tidak akan tertumpah

Walaupun kau ludahi berkali-kali



Oleh : Farah Pramudita

Minggu, 10 Juli 2011

Cekam

Aku takut,

aku harus bersembunyi dimana?

Aku takut,

Beri aku perlindungan

Beri aku ketenangan

Apa salahku tak bisa mendapatkan itu semua?

Wahai khalifah Umar,

Kau dimana?


**Perindu Maqashid Asy-syari’ah

“Al-Muhafazhatu ‘Ala Al-Amn”

11:47 pm**




Oleh : Farah Pramudita

Jumat, 08 Juli 2011

DUSTA dan KORUPSI

Bolehkah aku berbagi?
Gejolak hati tak henti memaki
Tentang DUSTA dan KORUPSI
Selalu saja mengusik nurani


Masihkah kau dengarkan?
Nyanyian perut pesakitan
Diterkam lapar dan ke-tidak-adil-an
Nelangsa rakyat tak kau hiraukan


Bolehkah aku mencaci?
Pejabat negeri tak tau budi
Hanya uang yang mereka cari
Nodai ikrar suci pada ilahi
Khianati amanat pada pertiwi


Masih pantaskah kubanggakan?
Carut marut negeri tak karuan



Oleh : Sang Penyair

Kamis, 07 Juli 2011

Tak Sama

Tak sekali ku lihat hujan menangis

Terlarut duka berbagi rasa

Tak sekali ku lihat embun meratap sendu

Sembunyi luka endapi isi dunia


Menatap mereka tergilas roda takdir

Mengais rizki demi terjaga denyutan nadi

Nanar menantang gelora api

Sabar merengkuh kasih ilahi


Mungkin kita tak pernah sama

Setinggi angkuh masih bertahta

Mungkin kita selalu terlupa

Mendustai hadir mereka

Yang tak letih melukis warna senja






Oleh : Sang Penyair
Top of FormBottom of Form