Selasa, 31 Mei 2011

Lagi.... (Puisi)

Lagi…


Tragedi maut mengguncang negeri

Mencabik nurani menggantung ironi

Dipancung paksa menjmput mati

Tinggalkan duka atas nama ibu Ruyati


Mengapa hukum lantas diam

Tak bernyali hanya bungkam

Semkin jelas tajimu kelam

Tanggalkan kepal tundukkan geram


Lagi…


Pahlawan devisa meregang nyawa

Membela diri di negeri tetangga

Berjuang hidup untuk keluarga

Meski tak jarang kembali hanya sisakan nama


Lagi…

Masihkah harus terjadi?





Oleh : Sang Penyair

Jumat, 27 Mei 2011

Pecundang KORUPTOR (Puisi)

Lagi-lagi KORUPSI meraja

Meludahi wajah negeri tercinta

Seperti bangkai dibungkus baja

Akhirnya tercium membuka luka


Lagi-lagi nafsu bicara

Sembunyi hitam dibalik penguasa

Seperti KORUPTOR tangan-tangan kotor

Merampas hak rakyat menghujat


Lagi-lagi PECUNDANG hilang

Terbirit kabur tinggalkan belang

Seperti angin menguapi siang

Tak kuasa pancung tuk menghadang


Ke manakah bung Nazaruddin pergi?

Cukup PENGECUT yang mengerti




Oleh : Sang Penyair

Sabtu, 14 Mei 2011

Mengetuk Nurani (Puisi)

Mentariku Berang
Menyengat jagad tak henti meradang
Pagi teramat terang
Sore tak surut benderang


Bumiku Marah
Menghukum dosa manusia serakah
Sedikit isyarat Tuhan yang Pemurah
Stop sakiti bumi dengan tangan-tangan sampah


Bumiku Murka
Jengah telan getir nelangsa dunia
Dibajak nafsu perut dan kuasa
Ikuti setan berbisik manja


Hutan tak lagi hijau perkasa
Udara tak lagi sejuk menembus raga
Semoga Tuhan tak pernah lupa
Mengetuk nurani hamba-hamba-Nya



Oleh : Sang Penyair

Jumat, 13 Mei 2011

Melangut Diam (Puisi)

Rintik hujan malam ini
Melerai bising beranjak hening
Menepi langkah menuju rebah
Rentangkan raga enyahkan lelah


Andai bintang tak malu menyapa
Andai rembulan mengerti rindu rasa
Cukup malam ini saja ingin ku jumpa
Sejenak hadir peri kecilku
Dongengkan kisah hingga lelap


Agar tak lagi melangut diam
Berbagi pekat habiskan malam



Oleh : Sang Penyair

Sabtu, 07 Mei 2011

Qaala Bakh-bakh* (Puisi)

Mulutku terjejali manis-manis kurma

melonjak bola mata saat menelannya

Nikmatnya duniawi membuat aku terbata-bata

mencerna ucapan Rasulullah

Badar menawarkan kebahagiaan abadi melebihi manisnya kurma

“Wahai Rasulullah! Benarkah yang kau maksud itu surga yang luasnya seluas langit dan bumi?”

Rasulullah menjawab, “Benar”

Apakah aku termasuk di dalamnya

Aku akan berani menggadaikan nyawa di jalan Allah bersamamu

Mengapa tidak ada isyarat darinya

“Bakh-bakh”

“Maa yahmiluka ‘ala qauli bakh-bakh?”

“Tidak ada apa-apa ya Rasulullah, kecuali aku ingin menjadi penghuninya”

“Sesungguhnya engkau termasuk penghuninya”

Seketika aku lempar manis-manis kurma dari mulut dan merogoh sisanya ke dalam tenggorokan

Menghunus tempaan besi mengkilat di bawah terik matahari

Song-song perniagaan denganNya

*kutipan percakapan antara Rasulullah saw dengan Umair bin al-Humam al-Anshary dalam hadits riwayat Muslim. Lihat Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah hal 18-19.


Oleh : Farah Pramudita